Minggu, 03 Februari 2019

Fakta Munculnya Pinjaman Online Yang Menggerut Konsumen



Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah "penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga". Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Berbicara tentang kredit sama hal dengan berbicara pinjaman dalam hal meminjam tentunya mengenal si kreditur dan debitur. Kreditur ialah pelaku yang dipinjam dan debitur pelaku yang meminjam.
Di Indonesia sendiri pinjaman sudah diterapkan pada tahun 1980 dan pelaku usaha dalam hal meminjam ialah bank perkreditan rakyat dan memiliki tujuan untuk memudahkan masyarakat yang ingin membeli sesuatu tanpa materil yang harus dipenuhi terhadap sesuatu tersebut. Seiring berjalannya waktu bank swasta seperti bank central asia merambah ke dunia kredit atau pinjaman dan banyak pelaku usaha yang bertambah dalam usaha perkreditan hingga pada tahun 2017 mencapai 22 pelaku usaha yang berada di dunia perkreditan. Pada tahun 2018 dunia perkreditan Indonesia dijajal oleh pinjaman online atau biasa disebut Pinjol.
Dalam kajian ini pinjaman online yang berbasis aplikasi sangat memudahkan masyarakat dalam hal meminjam karena tidak memerlukan proses yang lama serta tanpa adanya jaminan untuk debitur. Tetapi dibalik keuntungan tersebut terdapat masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini dimulai dari bunga yang tinggi di banding pinjaman perbankan lainnya serta mekanisme penagihan yang melanggar hak konsumen yang sudah tercantum pada undang-undang no 8 tahun 1999.


Kamis, 24 Januari 2019

Fakta Menarik Singapore Airlines Flight 006


1. Kronologi Singapore Airlines Flight 006
Pada 31 Oktober 2000 pukul 15:00 UTC, atau pukul 23:00 waktu Taipei, sebuah pesawat Boeing 747-400 dengan registrasi 9V-SPK milik Singapore Airlines bergerak menuju Runway 05L Bandara Chiang Kai-Shek, Taiwan. Pesawat tersebut diterima Singapore Airlines pada 21 Januari 1997. Pemeriksaan terakhir pesawat tersebut dilakukan pada 16 September 2000 dengan hasil tidak ada cacat dan kerusakan. Pada saat itu, terjadi badai yang diakibatkan topan Xangsane. Banyak pesawat dari Asia melakukan take off pada cuaca yang buruk ini, termasuk penerbangan SQ006 ini. Parahnya, Bandara Chiang Kai-Shek tidak memiliki radar tanah yang memantau pesawat di darat pada saat cuaca buruk. Pada pukul 23:15 waktu Taipei, Runway 05L sudah dibersihkan dari semua pesawat dan SQ006 diizinkan tinggal landas. Pada 23:16 waktu Taipei, pesawat tersebut memasuki Runway yang salah, yaitu Runway 05R yang sudah ditutup.
Di Runway 05R, terdapat buldoser, evalator, eskavator, dan alat konstruksi lainnya yang sudah terparkir di Runway tersebut. Pesawat pun melakukan take off di runway tersebut. Sekitar 41 detik kemudian, pesawat menabrak eskavator dan menabrak bagian sayap dan mematahkan kedua sayap dari pesawat. Hidungnya menabrak buldoser yang sedang terparkir. Pesawat langsung meluncur deras menggerus bagian bawah pesawat dan tangki bahan bakarnya meledak sebelum berhenti dan bagian tengah pesawat terbelah menjadi dua tepat di sambungan sayap. Api langsung membakar pesawat dengan cepat. Pada 23:17 pemadam kebakaran sampai di lokasi kecelakaan dan langsung memadamkan api. Pukul 00:00 tengah malam api sudah padam. Para petugas pemadam kebakaran sempat mengalami kesulitan mengevakuasi penumpang karena topan yang semakin kencang. Dari 159 penumpang, 79 penumpang tewas dan 80 penumpang selamat. Dari 20 awak penerbangan, tiga awak kokpit selamat dan 4 dari 17 awak kabin tewas. Sehingga jika ditotal 83 tewas dan 96 selamat dari kecelakaan ini.
2. Penyelidikan
Penyelidikan kecelakaan itu dilakukan oleh Dewan Keselamatan Penerbangan Taiwan (ASC). Dalam laporan bagian "Temuan Terkait Kemungkinan Penyebab," yang rinci menemukan faktor-faktor yang memainkan peran utama dalam kecelakaan, dinyatakan bahwa awak pesawat tidak meninjau rute taksi yang telah ditentukan, walaupun memiliki semua grafik yang relevan, dan sebagai akibat tidak tahu pesawat memasuki landasan pacu yang salah. Setelah memasuki landasan pacu yang salah, awak pesawat telah mengabaikan untuk memeriksa layar paravisual (PVD) dan layar penerbangan utama (PFD), yang akan menunjukkan bahwa pesawat itu berbaris di landasan pacu yang salah. Menurut ASC, kesalahan-kesalahan ini, ditambah dengan kedatangan topan dan kondisi cuaca buruk, menyebabkan awak pesawat kehilangan kesadaran situasional dan mereka tetap untuk mencoba lepas landas dari landasan pacu yang salah.

3. Akibat Kecelakaan
Setelah merilis laporan dari ASC, Kejaksaan Republik Tiongkok memanggil awak pesawat SQ006 untuk kembali ke Taiwan untuk ditanyai dan tiga anggota awak mematuhinya. Rumor berlimpah selama periode yang mungkin pilot ditahan di ROC dan didakwa dengan kelalaian. IFALPA sebelumnya telah menyatakan bahwa ia akan menganjurkan para anggotanya dari kesulitan-kesulitan operasi ke Taiwan jika awak penerbangan SQ006 dituntut. Para jaksa tidak menekan biaya dan awak pesawat diizinkan meninggalkan Taiwan. Singapore Airlines mengubah nomor penerbangan menjadi SQ030 segera setelah insiden itu, dan kemudian ke SQ028. Rute Taipei-Los Angeles itu dioperasikan oleh pesawat Boeing 777 sebelum akhirnya dihentikan tanggal 1 Oktober 2008 dan digantikan dengan SQ012 yang dioperasikan Airbus A380 dengan pemberhentian di Bandar Udara Internasional Narita. Kecelakaan pesawat 9V-SPK dicat dengan promosi khusus Singapore Airlines , program yang disebut Tropical (atau Tropical Megatop) pada saat kecelakaan. Khusus penyewaan ini dimaksudkan untuk mempromosikan Singapore Airlines yang pada saat itu memperkenalkan kursi kelas satu dan kelas bisnis mereka yang terbaru.
Setelah kecelakaan ini, pesawat lain yang dicat dengan warna promosi, 9V-SPL, segera ditarik dari operasional sebelum dicat ulang dengan Singapore Airlines livery standar. Tidak ada tempat penyewaan warna khusus telah diperkenalkan pada setiap pesawat Singapore Airlines sejak kecelakaan itu, kecuali untuk warna Star Alliance. Diketahui lima penumpang berkebangsaan Indonesia naik pesawat ini dan satu diantaranya tewas. Puluhan korban dan kerabat mereka yang tewas mengajukan tuntutan hukum terhadap maskapai penerbangan dan otoritas Taiwan. Singapore Airlines menyangkal kesalahan dan pilot dan co-pilot itu kemudian dipecat oleh maskapai. Alumni Association of Asian American Yale bernama Tina Yeh E. Pengabdian program Fellowship setelah Eugenia Tina Yeh, seorang warga Amerika yang naik SQ006 di Taipei dan meninggal. Landasan 05R di TPE telah diubah untuk taxiway, runway 05L NC dan telah diubah namanya menjadi landasan pacu 05.


Sumber: Air Crash International